CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 27 Agustus 2012

Teruntukmu


Aku tahu...
Aku tak serupa bidadari
Aku tak seindah bunga-bunga
Aku tak sekencang hembusan angin
Aku tak sekuat batang pohon
Aku tak sedahsyat ombak di lelautan
Aku juga tak sesempurna Tuhan
Aku bagai bintang yang kehilangan cahayanya
Bagai sinar bulan yang meredup
Tampak seperti kertas usang yang tak layak
Seperti jarum kompas yang tak dapat menentukan arah
Dan juga layak bangunan yang runtuh

Aku, aku kehilangan kamu
Kamu penyemangatku
Pengisi hari-hariku
Pemberi warna dalam hidupku
Yang selalu membuat aku tersenyum tertawa
Kadang rindu dan geregetan kau buat juga

Hai bintang hatiku, apa kabar disana?
Apa kau sedang bersembunyi?
Ataukah kau tersesat?
Mungkin engkau menjauh?
Mungkin engkau meninggalkanku?
Dimana pun sekarang kamu membaca ini
Aku hanya berkata
Aku sayang kamu. Aku merindukanmu...

Senin, 19 Maret 2012

Luka

Tetes mata ini tak tertahan , lalu jatuh
Untuk kesekian kalinya alasan air mata ini adalah kamu
Dan untuk kesekian kalinya pula hati ini selalu memaafkanmu
Entah mengapa selalu saja begitu
Tak inginkah kamu berubah ?
Sebelum semuanya terlambat
Sebelum aku menyerah

Kelak jika aku sudah lelah dengan ini semua
Maafkanlah aku , hatiku sudah cukup sakit dengan semua ini
Bila kesabaranku sudah tak bisa diandalkan
Ketahuilah bahwa sang pembuat sabarku telah berubah
Jika suatu hari nanti keadaan tak berkawan
Dengan berat hati kita yang harus mengalah pada keadaan

Saat itulah aku harus tegar menjalani semuanya , lepas dari kamu
Takdir mungkin tak berpihak pada kita
Untuk apa kita saling bersama
Untuk apa kita mengikat janji
Untuk apa kita saling menjajaki
Bila kita saling menyakiti satu sama lain

Terima kasih , tahun-tahun terindah bersamamu
Percayalah rasa ini tetap padamu

Minggu, 15 Januari 2012

Autobiografi

Warna-Warni Kehidupanku

Senin, 19 Februari 1996 jam 06:24, hari pertama aku merasakan kehidupan. Aku lahir di RS. William Booth Surabaya satu hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Hal itu membuat aku diberi nama “Dheta Nalurita Demega”. Bagiku tiga kata dalam namaku adalah anugerah, setiap katanya memiliki arti untuk aku dan kedua orang tuaku. “Dheta” yang berarti detik-detik Hari Raya, “Nalurita” berarti naluri/hati seorang perempuan, dan “Demega” yang berarti megah.
                Aku tinggal bersama keluarga kecilku yang hangat. Aku sangat beruntung mempunyai mereka, yaitu Ibu, Ayah, dan Kakakku Dheo. Tak hanya itu, aku sangat dekat dengan Tanteku. Bagiku Tante adalah Ibu kedua buat aku. Sejak kecil, aku sudah sangat lekat dengan Kakakku. Setiap Kak Dheo bermain dengan teman-temannya aku selalu ikut bersamanya. Tak heran jika aku sewaktu kecil hanya mengenal permainan yang biasa dilakukan anak kecil laki-laki. Setiap hari aku selalu menangis ketika Kakakku harus pergi ke sekolah. Aku ingin sepertinya, membawa tas memakai seragam dengan dasi serta memakai sepatu. Aku selalu ingin bersekolah dan berkali-kali aku meminta Ibuku untuk mendaftarkanku ke TK dan berkali-kali itu juga Ibu tak mengizinkanku karena aku belum cukup umur.
                Ketika aku berumur 4 tahun, aku duduk di bangku TK Dewi Kunti. Aku berangkat bersama Tanteku dan sepupuku mengenakan seragam dan sepatu yang bisa menyala warna-warni, membawa bekal dan minum dengan semangat belajar yang membara. Hari jum’at adalah hari kesukaanku, sebab hari itulah anak-anak TK Dewi Kunti boleh memakai baju bebas. Tentu aku sangat senang dan aku selalu memakai baju kembar dengan sepupuku, Icha layaknya saudara kembar. Aku temasuk berbadan besar sewaktu TK. Tetapi semenjak SD aku sudah lebih kurus setelah penyakit tipes itu datang.
                Aku masuk SD Islam Darut Taqwa, aku berpisah dengan saudara sepupuku. Tapi kali ini aku satu sekolah dengan Kakakku. Sungguh aku merasakan tidak nyaman ketika aku harus satu sekolah bersama Kakakku, sebab guru-guru pun membanggakan Kakakku sewaktu di kelas, entah sebaliknya juga begitu pada Kakakku. Walaupun aku satu sekolah dengan Kakakku aku selalu berangkat dan pulang dengan Tanteku oleh karena itu banyak guru-guruku mengira Tante adalah Ibuku. Sejak SD aku memang lemah di pelajaran Matematika, seringkali aku mendapat nilai jelek di setiap ulangan. Itu yang membuatku tidak menyukai pelajaran Matematika. Hingga suatu hari guru lesku membuat pelajaran membingungkan itu menjadi fun. Sejak itulah aku mulai menyukai pelajaran Matematika dan semakin menyukainya. Ketertarikanku pada Matematika pun membuahkan hasil, nilai Matematikaku cukup memuaskan. Alhamdulillah, aku lulus SD dengan nilai UNAS yang memuaskan. Lulus SD, aku ingin sekali melanjutkan ke SMP sama dengan Kakakku. Sayangnya, keinginanku itu harus dipendam karena nilai SMP favoritku yang tinggi.
                SMP Negeri 12 Surabaya adalah sekolah yang akhirnya aku pilih. Sekolahku itu yang memberikan banyak kenangan buat aku. Disini aku menemukan banyak pelajaran tentang persahabatan yang luar biasa. Sosok sahabat yang selalu ada setiap aku jatuh dan sangat mengerti. Masa inilah dimana masa awal aku beranjak remaja. Aku sering pergi bersama teman-teman dan kakak kelas layaknya bocah petualang. Tiga tahun di SMP Negeri 12 Surabaya nyatanya membuat aku merasa tidak puas, serasa tidak ingin waktu cepat berlalu.
                Waktu itupun telah tiba. Aku harus dihadapkan pada Ujian Nasional yang pada saat itu kesehatan dan pikiranku sedang tidak baik. Setelah nilai akhir keluar, aku tidak dapat berbuat apa-apa bahwa nilai Ujian Nasionalku sangat tidak memuaskan. Harapanku untuk masuk sekolah idamanku pun sirna. Dua kali aku gagal dalam masuk sekolah idaman membuat aku jatuh saat itu. Akhirnya aku bangkit dan pasrah menjalani kemana aku akan bersekolah nanti. Aku bersekolah di SMA Negeri 21 Surabaya. Aku harus berpisah dengan sahabt-sahabat terbaikku itu yang membuat aku sangat sedih. Entah apa yang ada di pikiranku, apakah aku masih bisa melewati semua masalah tanpa mereka?
                Hari pertama di sekolah baru memakai seragam putih abu-abu membuat aku bangga karena aku telah duduk di bangku SMA. Tak ku sangka teman-teman di sekolah baruku aku telah menagenal mereka dari dunia maya dan kami dipertemukan di SMA Negeri 21 Surabaya. Banyak dari mereka kau kenal dari jejaring sosial, facebook. Satu tahun menikmati suasana kelas sepuluh, mulai dari kelas MOS, kelas X-6, hingga kelas yang harus dirubah karena adanya status RSBI. Sampai di akhir semester, kami keluarga kelas X-6 harus berpisah untuk melanjutkan program jurusan yang sesuai. Ada yang ke IPS, ada yang ke IPA, dan ada pula yang ke Bahasa. Semua itu tak merubah rasa kekeluargaan sewaktu di X-6.
                Sekarang aku duduk di kelas XI IPA 4, kelas terujung dari kelas lainnya. Aku di kelas ini sudah berjalan setengah tahun dan masuk kelas IPA membuat aku harus belajar keras untuk kuliah aku nantinya. Keinginanku saat ini aku terus bersama orang-orang yang aku sayangi, dapat membahagiakan kedua orang tuaku. Aku juga berharap sewaktu aku di masa depan nanti, aku dapat sukses bersama dengan teman-temanku. Amin...

ini waktu Dheta kecil

Jumat, 18 November 2011

Karyaku :) True

                        AKU DAN DIA KARENA KAMU


Oleh   : Dheta Nalurita

Tin... Tin... Suara klakson mobil itu membuatku segera mengambil tas dan buku-bukuku yang belum sempat ku masukkan. Masih terdengar beberapa kali suara mobil itu, membuatku dengan cepat memakai sepatu secepat kilat. Aku pun dengan segera lari dan masuk ke dalam mobil antar jemput sekolahku.

            Aku besekolah di salah satu SMP favorit di Surabaya. Kini aku duduk di kelas 8. Setiap pagi aku harus mendengar suara klakson itu di depan rumahku tepat jam 5. Dengan mata setengah terpejam aku duduk manis di kursi mobil itu dengan menjemput teman-temanku satu per satu. Kemudian tibalah aku di lapangan sekolah yang luasnya melebihi tempat parkir mall itu. Dengan malas aku berjalan dengan murid-murid yang lain yang tampaknya jenuh menjadi seorang pelajar.

            Masuklah aku ke dalam kelas yang suram dan ramai itu, tak lain adalah kelas 8K. Suara teriakan, canda tawa anak-anak yang tak dapat direm itu terdengar tajam di telingaku. Aku duduk di bangkuku dan menyapa teman-teman kelasku yang sudah sejak pagi ramai seperti pasar. Kemudian pelajaran pun dimulai. Hal pertama yang dilakukan guru adalah mengabsen murid-muridnya agar terlihat guru yang
handal. “Arindia Sarah Wirawan”, panggil guruku, tak ada jawaban. “Ri”, panggil temanku dengan senggolan siku di badanku. Oh ya, itu namaku Arindia Sarah Wirawan, panggil aja Riri hehe. Aku nggak sadar kalo namaku yang dipanggil. Maklum masih belom full nyawaku. Aku tak tahu apa yang dijelaskan oleh guruku, mata pelajaran Fisika yang membuatku tak ingin melebarkan mata. Yang ku harapkan saat itu adalah mendengar suara bel istirahat.
                                                                                                               
             Kriiiiiiiing, bel istirahat berbunyi. Ya buatku bel istirahat adalah surga. Aku segera lari meninggalkan kelas suramku itu dan beralih ke kantin sekolah yang besarnya uda segede foodcourt di mall bersama sahabat-sahabatku. Disitu pula acara gosip hari ini dimulai, tentunya bersama sahabat-sahabatku Fania, Nita, Veli, dan Laras. Tampaknya aku yang paling polos karena aku belum pernah merasakan namanya pacaran, aku juga orang yang paling tertutup diantara mereka, yang paling muda pula. Karena itu aku selalu dianggap adik oleh mereka, tapi aku nggak childish lho.

            “Eh guys, bikin facebook dong. Aku udah bikin lho...”, ucap Laras.
            “Beres deh, sekarang kan lagi jamannya facebook. Aku nggak mau ketinggalan pastinya”, sahut Fania yang biasa kami sebut sebagai induk dari
kami semua. Fania adalah sosok yang dewasa, dijamin deh kalo curhat sama dia, saran-sarannya nggak bakal mengecewakan.
            “Iya nih, Fan. Eh, nanti buatnya sama aku ya...”, kata Nita.
            “Jangan lupa add semuanya yee...”, sahut Veli.

            Aku hanya diam, menikmati makananku yang daritadi di kelas sudah kelaparan. Setelah makan, Fania, Nita, dan Veli pun kembali ke kelas. Sementara aku menemani Laras yang memang doyan makan. Sepertinya dia menyiapkan makanan buat pelajaran membosankan lainnya nanti. Aku heran sama Laras, dia mempunyai badan yang dibilang sangat kurus tetapi makannya banyak. Aku dan Laras pun melangkahkan kaki tetap dengan bahasan gosip kami. Lalu Laras menyapa seseorang, yang aku lihat anaknya tak begitu tinggi untuk seukuran cowok, putih, imut yang tampangnya seperti anak polos. “Hai Dit”, sapa Laras. “Iya Ras”, hanya jawaban itu yang ku dengar kemudian jejaknya hilang setelah kami terus berjalan.

            “Siapa tadi, Ras?”, tanyaku sekedar saja.
            “Itu tadi Adit, Ri. Dia teman sekelasku waktu kelas 7”
            “Oh... Itu yang mantannya Ria?”, tanyaku seperti wartawan lagi.
            “Iya kok tahu sih hehe”
            “Tau dong, Ria itu teman antar jemput mobil sekolah Ras. Dia satu mobil sama aku”
Kemudian tak ku dengar jawaban dari Laras. Aku dan Laras segera duduk di bangku kami. Aku dan Laras duduk satu bangku. Laras membuka makanannya, dengan gaya seperti singa yang kelaparan aku mengambil bungkus makanan itu. Sahabat-sahabatku yang lain tampaknya masih mengerjakan tugas, sementara aku dan Laras tak pernah kenal dengan namanya tugas. Laras bercerita tentang pacarnya lagi, dan seperti biasa aku mendengarkan curhatannya. Aku tak pernah ada topik untuk curhat ke Laras, sebab aku t
ak punya pengalaman pacaran sama sekali.

                                                                        ***                          

            Sepulang sekolah, aku segera menatap layar komputerku. Ku isikan semua data-dataku di kolom untuk sign up facebook. Alhasil, aku telah mempunyai facebook. Tulisan “add as friend” , ku klik di setiap nama facebook orang yang aku kenal. Tiba-tiba terdapat satu pesan dinding di facebookku.
           
“Makasih. Siapa?”, tanya anak yang mempunyai nama facebook Aditya Rendra itu.
           
“Riri. Kamu?”
            “Adit. Kamu anak sekolah ya?”
(baca : satu sekolah)
           
“Iya hehe. Lho kamu kok tahu?”
            “Iyalah, kamu kan yang sering jalan sama Laras itu kan”

            Selesai ngebaca itu, nggak tahu kenapa perasaan ini seneeeeeeng banget. Aku nggak tahu apa Adit ini memang memperhatikanku apa dia hanya memperhatikan Laras. Seketika itu juga aku tak bisa memejamkan mataku. Aku terus menerus menatap layar komputer itu, aku dan Adit pun melanjutkan wall to wall kami.

            Keesokan harinya, aku jalan berdampingan dengan Adit ketika jalan menuju kelas. Di sudut lorong sekolahku itu, kami hanya diam seperti patung tanpa ada yang berani menyapa dahulu. Kami seperti dua orang yang nggak pernah kenal, diam seribu bahasa. Di hatiku, aku bergumam  “Ayo dong, Dit sapa aku dulu. Masa’ aku yang  harus mulai, harga diri dong aku kan cewek”. Sampai akhirnya kami berada di ujung lorong sekolah, kami berpisah. Aku ke arah kanan dan Adit ke arah kiri. Sama sekali tak ada ucapan apapun dari mulut kami.
            Ini adalah tantanganku di level pertama. Aku harus ke kelas Adit. Ya, aku harus ke kelas Adit buat menjemput temanku, Lita agar cepat pulang. Perasaanku waktu itu gugup, grogi banget. Rasanya keringat dingin ini bercucuran di badanku. Aku melangkahkan kaki mencoba masuk kelas Adit. Waktu masuk kelas itu, rasanya tak ada tanda-tanda keberadaan Lita. Aku nekat, aku berjalan ke arah Adit. Lalu aku mencoba mengatur detak jantungku yang berdetak cepat sejak tadi. Kucoba menghela nafas panjang daaaaaaan “Dit, tahu Lita nggak?”, nafasku jadi lega setelah mengucapkan kata-kata singkat itu. “Nggak tahu, Ri. Tadi dia masih disini kok”, suaranya yang lembut membuat nafasku mengalir pelan dan kembali normal. Suaranya indah menhanyutkanku untuk beberapa waktu. Aku diam sesaat masih belum percaya bahwa aku telah kontak langsung dengan Adit. “Yaudah ayo kita cari”, tiba-tiba dia mengambil tasnya juga mengajakku untuk keluar kelas.
            “Mmm... Biasanya sama Fian tuh, Ri”, Adit mencoba menenangkanku. Sebenarnya aku merasa tenang, sama sekali nggak ada pikiran buat nyari Lita, yang penting saat ini Adit ada buat aku.
            “Oh... gitu ya. Tapi dimana ya Dit. Disuruh supir mobil anjem buat nyari nih...”, keluhku.
            “Iya tenang aja, aku pulang sore kok. Aku bantu nyari”. Perhatiannya meluluhkanku. Aku makin ngerasa tenang rasanya aku nggak pengen pulang sekarang.

            Langkah kakiku dan Adit memutari sekolah ini pun mungkin terhitung sudah tiga kali. Tiba-tiba ada suara dari belakang langkahku.
            “Ri, tungguin”. Aku menoleh ke belakang, ku lihat cewek putih, pendek, berambut panjang pun datang dengan seorang cowok ke arahku. Tak lain adalah Lita dan Fian. Mereka mendekat, aku nggak kenal dengan Fian hanya sekedar tahu dan sepertinya Lita tak ingin Fian mengenal teman-teman Lita.
            “Sorry ya, lama. Tadi diajak anak ini nih nyebelin uh...”, keluh Lita yang sekarang berjalan di sebelahku.
            “Iya Lit nggakpapa kok, lama banget kamu ngapain aja?”
            “Ada deh hahaha...”, jawab Lita dengan ketawa melebarnya.
            “Eh, Ri munduran. Yang pacaran kasihan tuh”, tanganku tiba-tiba ditarik oleh Adit. Adit menarikku hingga aku berada di sebelahnya lagi. Kemudian Lita dan Fian berjalan terlebih dahulu jauh di depanku. Aku kembali gugup, rasanya aku ingin detak jantungku tidak berdetak secepat ini. Aku menjadi diam tak dapat berkata apa-apa ketika jalan berdua dengan Adit. Suasana sekolah saat itu pun juga sepi dan ku lihat Lita dan Fian hilang dari pandanganku.
Aku berjalan dengan Adit sampai lapangan dimana mobil antar jemputku diparkir. Tampaknya teman-teman yang lain sudah lama menunggu dan menggerutu. Lita dan Fian sudah tiba di depan pintu mobil itu. Mereka sedang berbincang-bincang, pandangku dari kejauhan. Aku berharap setiap harinya Adit dapat mengantarku hingga mobil seperti Lita dan Fian. Aku melamun sejenak dan bermimpi jauh. Tiba-tiba Adit merusak lamunanku.
            “Ri, rumahmu mana emang?”
            “Oh iya iya, daerah Ngagel. Eee kalo kamu?”. Ya Allah, kenapa aku jadi gugup seperti ini.
            “Semolowaru, Ri”, jawabnya penuh senyum.

            Tak terasa kami berjalan hingga sampailah pada depan pintu mobil. Lita yang sudah berada di dalam menggodaku, “Ciyee Riri ayo udahan ngomong-ngomongnya sama Adit. Sampe lupa waktu nih... Hahaha”, sepertinya dia puas menggodaku. Aku sempatkan untuk bicara sejenak dengan Adit.
            “Dit, makasih ya udah bantuin aku nyari Lita”, ucapku semanis mungkin.
            “Haha iya, nyari Lita udah kayak nyari anjing aja ya, Ri”, dia menanggapinya dengan candaan.
            “Heh, enak aja aku denger tau”, sahut Lita yang ternyata diam-diam menguping dari dalam.
            “Hahahahaha, aku duluan ya. Makasih Adit”, aku tersenyum sebagai tanda perpisahan hari ini.
            Aku masuk ke dalam mobil itu dan aku duduk di sebelah Lita. Aku dan Lita saling mengejek satu dengan yang lain. Lita yang duduk di ujung dekat pintu membuatnya mudah untuk melambaikan tangan pada Fian dan Adit yang berdiri di lapangan. Aku hanya tersenyum ketika arah mobil semakin lama semakin menjauh dari  Adit.

                                                                        ***

            Aku tak bisa melupakan hari ini. Mungkin memang tadi hanya beberapa menit bersama Adit, tetapi rasanya hingga aku tidur pun bayangan Adit selalu mengantuiku. Apa benar aku jatuh cinta pada Adit?

            Saat liburan sekolah tiba,
aku dan Adit bertukar nomor handphone. Adit mengirimkanku sebuah SMS

From   : Adit
            “Je t’aime”


            Aku tak tahu Adit berbicara pake bahasa apa, jelas ku tak tahu maksudnya. Aku balas SMS-nya dengan nada bingung.

To        : Adit
            “Hah? Bahasa apa itu, Dit? Artinya apa?”


From : Adit
            “Apa ya haha. Ini aku lagi les Bahasa Perancis. Mumpung libur panjang nih...”


            Salut! Liburan panjang gini kan harusnya refresh otak dong buat nanti kelas 9. Si Adit malah les Bahasa Perancis. Aku nggak tahu artinya itu apaan, bukan salahku kan di sekolah kan nggak ada pelajaran Bahasa Perancis, bahasa yang dikenal romantis itu lho. Wajar aja kalo aku nggak tahu. Hahaha...
            Semakin hari, Adit semakin rajin mengirimkanku SMS dengan Bahasa Perancis. Aku nggak tahu sama sekali apa yang ia tulis, tapi buat aku pasti semua artinya adalah kata-kata romantis buat aku. Maklum deh yang lagi inlove kadang suka ke-GR an.
Hari ini anak-anak berhamburan membaca daftar nama siswa kelas 9 yang baru. Hari ini ada pembagian kelas, anak-anak tampaknya saling berebut tempat terdepan dan menyerobot antrian. Teriakan-teriakan anak terdengar memecahkan keheningan sekolah. Situasi ini terlihat melebihi situasi pengumuman kelulusan. Ada yang senang, sedih, kecewa, bahkan juga ada yang datar biasa-biasa aja. Aku mendekati kertas pengumuman itu. Dalam hati aku berdoa, “Allah, semoga aku bisa satu kelas dengan sahabat-sahabatku”. Tiba-tiba aku teringat Adit, aku juga ingin satu kelas dengannya. Amin. Ku lihat kertas pengumuman itu dan ku cari namaku. Dan ternyata aku masuk ke kelas 9L. Aku lihat berderet-deret nama siswa di kelas 9L, tetapi tak kutemukan nama Fania, Nita, Veli, Laras, dan tentunya Adit.

            Aku meninggalkan kerumunan itu, dan kemudian bruuuaaakkkk... Duh, sakit banget. Aku terjatuh, tepatnya lagi jatuh bersamaan dengan seseorang. Reflek aku menumpahkan kemarahanku. “Ehhhh, sakit tauuu! Kalo jalan tuh....”

“Duh maaf ya Ri aku nggak sengaja”, ada suara yang memotongku berbicara. Sepertinya aku mengenali suara itu. Suara lembut yang mampu menggetarkan hatiku. Aku menoleh ke arah seseorang di depanku dan kudapati dia ternyata adalah Adit.
            “Adit???”, tanyaku bengong
            “Maaf ya Ri. Sakit banget ya. Maaf banget ya aku nggak sengaja”, dia berdiri dan membantuku untuk menarik tanganku.
            “Iya nggak kok, maaf juga ya aku tadi kasar sama kamu hehe”
            “Aku yang salah. Tadi aku lari-lari, abis si Fian lari bawa HP-ku. Aku jadi nabrak kamu deh hehe.. Sakit ya?”, Adit mencoba melihat tanganku yang tergores.
            “Nggak kok aku nggak apa-apa. Eh masuk kelas apa nih?”, tiba-tiba aku teringat pertanyaan itu.
            “Masuk kelas 9A. Kalo kamu?”
            “9L, Dit. Jauh banget ya”
           
Lalu Adit dan aku berpisah karena dia harus mengejar Fian untuk mengambil HP nya lagi. Aku duduk sendiri di bangku depan kelas. Lalu beberapa orang membuat suasana ramai.
            “Hai, Riri”, sahabat-sahabatku berteriak pas di telingaku.
            “Masuk kelas apa, Ri?”, tanya Veli padaku.
            “9L. Duh, kita nggak ada yang sekelas ya. Yaaah, sedih deh”
            “Iya nih. Sedih banget. Eh si Adit satu kelas denganku lho, Ri”, ucap Nita.
            Sontak, aku langsung kaget. Beruntung banget ya si Nita, dia bisa satu kelas dengan Adit. Coba aja aku bisa tukeran kelas sama Nita. Huh...

                                                            ***

Hari demi hari aku lewati. Banyak hal yang membuatku semangat untuk ke sekolah. Penyemangatku adalah Adit, iya siapa lagi. Setiap hari Adit selalu datang ke kelasku untuk memanggil teman-temannya.  Kami sering jalan juga walaupun tak berdua. Tapi aku ingin suatu hari nanti Adit datang untuk mencariku. Kebersamaanku dengan Adit kini kian lekat. Kami sering chatting tiap harinya. Bahkan di status chatting, kami sering memasang presence inlove berdua. Teman-temanku yang lain menggodaku dengan Adit. Di sekolah, tak sedikit gosip tentang aku sama Adit pacaran. Tapi aku sedih tentang gosip itu. Kenyataannya, aku tak berpacaran dengan Adit. Tentang perasaan Adit pun aku nggak tahu yang sebenarnya gimana. Mungkin di chatting dia bisa memasang presence inlove ke aku. Tapi hatinya, apa bisa hatinya merasakan jatuh cinta ke aku?
Tiap aku bertemu dengan teman-temanku, aku selalu harus berhadapan dengan pertanyaan, “Riri kamu pacaran ya sama Adit?”. Pertanyaan itu sangat melukai hati ini. Andai mereka bisa tahu apa yang aku rasakan. Aku bingung apa yang harus aku jawab. Pada kenyataannya aku bukan pacar Adit. Tapi aku dengan Adit bersikap seperti layaknya orang pacaran. Tolong aku, Allah. Suatu hari, Adit menanyakan.
            “Kamu jomblo tah, Riri?”
            “Hah? Apa? Nggak kok aku pacaran sama Laras hahaha lihat aja tuh di fb”, jawabku grogi. Sebenernya jawabanku basi banget sih.
            “Hmm, kamu normal kan?”, kerut di keningnya menandakan bahwa ia sedang bertanya dengan serius.
            “Alhamdulillah, sampe sekarang masi hehe. Kenapa, Dit?”
            “Nggak papa kok”, jawabnya datar yang sangat mengecewakanku
            “Kalo kamu?”
            “Masih jomblo. Punya gebetan nggak, Ri?”, pertanyaanku itu membuatku gugup. Aduh, jujur nggak ya.
            “Eeeee, ada sih tapi rahasia dong”, jawabku seadanya.
            “Yah... Kamu, kasih tahu dooong Ri”
            “Kamu duluan aja gimana?”
            “Iya deh, aku punya gebetan di sekolah. Dia diantara anak kelas 9K sampe 9M. Kamu?”. Aku berharap anak yang dimaksud Adit adalah anak kelas 9L yaitu aku. Aku yakin selama ini nggak ada cewek lain yang dekat dengan Adit selain aku.
            “Siapa? Aku juga punya anak kelas 9A-9C”
            “Rahasia dong. Wah, itu pasti aku”. Hatiku bergumam iya itu kamu Adit.
            “Haha.. Enak aja”, ledekku. Ternyata bibir ini belum siap untuk mengatakan iya.

                                                                        ***

Ku dapati handphoneku berdering. One message received, aku buka SMS itu.

From   : Adit
                        “Ri tadi kamu manis deh waktu di depan kelasku. Aku suka mandang kamu dari jauh. Makanya aku tadi stay di depan kelas terus. Abis kamu di taman depan kelasku sih... Kamu manis, Ri kayak temen lesku”
Aku seneng dipuji kalo aku manis. Tapi aku nggak suka kalo harus disama-samain kayak temen lesnya. Emang aku sama temen lesnya Adit manis siapa sih, keluhku. Tapi buat apa mengeluh, toh juga aku bukan siapa-siapanya si Adit. Aku balas SMS-nya dengan manis walaupun aku juga sedikit kesal tapi tak bisa disangkal juga kalo aku seneng.

Jumat, 02 September 2011

Holiday of Lebaran ^^

Ini sekelumit fotoku haha cekidots yaw :p

Place : Taman, Sepanjang, Sidoarjo
Time : Evening



ini baru dateng di Taman, Sepanjang, Sidoarjo


mulai hunting foto , mburiku ngelek-ngleki ae -__-


ndoh waaah ngelek-ngleki (again)


with mu super mom {}


apik tanpa pengganggu :D


lha ni lebih bagus lagi \(^,^)/

makasih lho ya rek uda mau liat foto-fotokyuu hoho :*


Senin, 02 Mei 2011

Spongebob Squarepants

SpongeBob SquarePants SpongeBob SquarePants :D

   

Karakter di Spongebob Squarepants Cartoon :

  • SpongeBob SquarePants
  • Patrick Star
  • Squidward Tentacles
  • Mr. Krabs
  • Sandy Cheeks
  • Sheldon Plankton
  • Gary

1. Spongebob SquarePants
Baby Spongebob #unyuuu :*

SpongeBob SquarePants

SpongeBob SquarePants, tokoh utama dalam kartun ini yang adalah seekor spons yang sebenarnya berbentuk spons mandi berwarna kuning ini adalah pribadi yang baik, mudah diajak berteman, dan optimistis. Spongebob tinggal di dalam rumah berbentuk nanas di laut, di Jalan Conch nomor 124, Bikini Bottom. Dia juga memelihara seekor siput yang bernama Gary. Pekerjaannya sehari- hari adalah koki di rumah makan Krusty Krab (dia sendiri pun mendapat penghargaan "Employee of the Month" (Pegawai Teladan Bulan Ini) 374 kali berturut - turut), yang terkenal dengan burger Krabby Patty. Dia juga bersekolah di Mrs. Puff Boating School, sekolah mengemudi Mrs. Puff, namun selalu gagal ketika tes mengemudi. Ia juga suka berburu ubur ubur.


2. Patrick Star


Baby Patrick #ngileran

Patrick Star

Patrick Star adalah seekor bintang laut berwarna merah muda yang merupakan sahabat Spongebob. Walaupun sering kali tidak berkonsentrasi dalam percakapannya dan terjadi salah pengertian, Patrick adalah sahabat yang baik. Patrick tinggal bersebelahan dengan rumah Squidward yang juga bersebelahan dengan rumah nanas Spongebob dan rumahnya terletak di bawah batu. Patrick merupakan hewan paling bodoh di Bikini Bottom karena dia sering melakukan perbuatan yang konyol dan bodoh.
Patrick tidak pergi ke sekolah kecuali ke sekolah mengemudi (hanya sekali saja dalam episode New Student Starfish karena menemani SpongeBob). Patrick juga tidak bekerja, segala perbelanjaan untuk kehidupannya di Bikini Bottom selalu diberikan oleh ibu bapaknya (Herb dan Margie) yang menetap jauh dari Bikini Bottom.
Setiap pagi Patrick akan berdiri di luar rumahnya untuk berkata "Hai SpongeBob" kepada SpongeBob yang akan pergi ke tempat kerjanya di Krusty Krab dan Patrick akan terus berdiri di luar rumahnya sampai SpongeBob pulang dari tempat kerjanya untuk bermain berdua. Patrick dan SpongeBob selalu mengganggu tetangga mereka Squidward Tentacles (meskipun mereka berdua tidak menganggap yang mereka lakukan itu menggangu.

3. Squidward Tentacles


Squidward Tentacles

Squidward Baby #nangisan

Squidward Tentacles adalah seorang dewasa berusia 32 tahun, ia kasir yang sering membuat ulah,dan membuat repot 
semua orang di sekitarnya. Ia tidak senang dengan kedua tetangganya karena dianggap sering mengganggunya. Pekerjaan sehari-hari Squidward adalah menjadi kasir di rumah makan Krusty Krab. Tergolong pemalas. Suka bermain klarinet walaupun musik yang dilagukannya jelek. Ia sendiri menganggap dirinya seorang seniman hebat dan orang yang pintar. Memiliki seorang saingan sejak SMA bernama Squilliam Fancyson.


4. Mr. Krabs


Krabs Baby #mataduitan



Mr.Krabs


Eugene H. Krabs adalah seekor kepiting pemilik restoran Krusty Krab yang terobsesi dengan uang. Karena karena ia terlalu mencintai uang, ia sampai-sampai tidak rela memberi uang satu sen pun. Mr. Krabs mempunyai pesaing yang bernama Sheldon Plankton, pemilik restoran Chum Bucket yang daganganya tidak pernah laku. Gambaran umum Mr. Krab adalah kepiting yang tamak dan pelit dan Spongebob seringkali menjadi korban ketamakannya. Mr. Krabs memiliki putri bernama Pearl, dan ibu Mr. Krab sudah tua.

5. Sandy Cheeks

Sandy Baby

.


Sandy Cheeks
Sandy Cheeks (Sandy si Tupai) - adalah seekor tupai atau bajing yang tinggal di dalam laut. Karena Sandy merupakan binatang darat, kesehariannya di Bikini Bottom mengharuskannya memakai baju astronot yang berisi udara pada helmnya sehingga ia bisa bernafas di dalam laut. Sandy menyukai karate, dan senang aksi-aksi berbahaya. Sandy sendiri berasal dari Texas, namun kini bertempat tinggal di Bikini Bottom dan menjadi sahabat Spongebob. Tempat tinggalnya adalah sebuah kubah akuarium kedap air dan berisi udara. Ciri khas rumahnya adalah mempunyai pohon besar sebagai tempat tinggalnya. Spongebob dan Patrick bila berkunjung harus terus menerus memakai mangkuk penuh berisi air yang dipakai terbalik menutupi kepala mereka. Sandy sendiri bekerja sebagai ilmuwan di Treedome Corporation dengan bosnya yang monyet. Di episode Chims Ahoy, dia hampir meninggalkan Bikini Bottom karena percobaan yang dia buat dianggapnya selalu salah.

6. Sheldon Plankton

Plankton Baby #cilikmentik




Sheldon Plankton

Sheldon J. Plankton - pemilik rumah makan Chum Bucket yang sepi pengunjung. Plankton percaya bahwa bila ia berhasil mencuri resep Kraby Patty maka rumah makannya akan laku keras. Jadi segala daya upaya ia kerahkan untuk mencuri resep dari rumah makan saingannya ini, namun ini tidak pernah berhasil dan mengakibatkan kesialan untuk dirinya akhirnya di episode 'New Leaf' dia mengganti restorannya dengan toko souvenir. Memiliki istri berwujud sebuah komputer bernama Karen.


7.  Gary si Siput



Gary Baby


Gary Si Siput

Gary - adalah seekor siput peliharaan Spongebob. Berbunyi seperti kucing dan memiliki sifat yang pendiam dan baik. Ia tidak suka mandi dan hanya saat akan dimandikanlah Gary membuat onar.

Tokoh yang lain :

Tokoh-tokoh yang kadang muncul
  • Mrs. Poppy Puff (Mary Jo Catlett) - Seekor ikan gembung yang mempunyai dan mengajar Sekolah Mengemudi "Mrs. Puff Boating School", dan sudah lelah mengajari Spongebob karena Spongebob terlalu ceroboh, Suaminya yaitu Mr.Puff, ditangkap nelayan dan dijadikan lampu, seperti pada episode "Krusty Love".
  • Pearl Krabs (Lori Alan) - adalah ikan paus remaja dan merupakan anak Mr. Krabs. Ia terobsesi menjadi pemandu sorak dan gemar bersenang-senang. Hobinya ini bertolak belakang dengan keinginan Mister Krab untuk menghemat uangnya.
  • Larry Lobster (Doug Lawrence) - adalah crustacea yang sangat kuat. Dia menjadi penjaga pantai Goo Lagoon.
  • Mermaid Man (Ernest Borgnine) - adalah seekor ikan duyung tua mantan pahlawan bertopeng di Bikini Bottom. Sekarang dia tinggal bersama Barnacleboy, rekannya, di rumah panti jompo Shady Shoals.
  • Barnacleboy (Tim Conway) - rekan Mermaidman. Selalu dianggap anak kecil oleh Mermaidman.
  • Flying Dutchman (Brian Doyle-Murray) - Bajak laut hantu ini suka menakuti siapa saja tetapi pada episode "Ghost Host" dia menuruti perintah Spongebob yaitu menakuti orang selain Spongebob.
  • Karen Plankton (Jill Talley) - istri (bahasa Inggris: WIFE yang adalah singkatan dari Wired Integrated Female Electroencephalograph) komputer Plankton yang bisa menirukan perasaan manusia. Dia membantu Plankton mencuri resep rahasia Krabby Patty.
  • Patchy the Pirate (Tom Kenny) - Bajak Laut yang terobsesi dengan Spongebob, dan muncul di beberapa episode seperti UGH dimana semuanya menjadi zaman batu, Patchy juga memiliki seekor Beo bernama Potty.
  • Potty the Parrot (Stephen Hillenburg dan Paul Tibbitt) - Burung Beo milik Patchy yang sering mengganggu Patchy.
  • Harold SquarePants (Tom Kenny) dan Claire SquarePants (Sirena Irwin) - orangtua Spongebob yang lebih menyerupai spons laut ketimbang Spongebob yang menyerupai spons dapur.
  • King Neptune (Jeffrey Tambor) - Raja lautan, yang tinggal di Atlantis, bersama putrinya Mindy, yang hanya muncul di SpongeBob SquarePants Movie.
  • Mama Krab - Ia adalah kepiting yang juga Ibunya Tuan Krabs.
  • Narator Prancis (Tom Kenny) - Narrator yang biasanya berbicara pada awal episode